Minggu, 19 Desember 2010

jenli alom

Suku Damal

Suku Damal adalah salah satu suku di pegunungan Papua. Bahasa Damal adalah media komunikasi antara sesama orang Damal. Orang Damal pada zaman dahulu telah memasak makanan dengan menggunakan api.
Api dibuat dengan “Hagan” yaitu kayu kecil kering yang dibela tengah dan menggunakan tali rotan yang kering, tali rotan dijepit dengan kaju kering yang tengahnya dibela itu, lalu ke dua ujung tali rotannya di tarik terus menerus hingga gesekan antara tali rotan dan kayu mulai panas, kemudian panas itu mengeluarkan asap sampai tali rotan itu putus dan menghasilkan api.
SEJARAH[1]
Menurut legenda orang Damal berasal dari daerah ‘Mepingama’ Lembah Baliem Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata ‘kurima’ yang artinya tempat pertama kali nenek moyang orang Damal berkumpul dan "Hitigima’ yang berarti nenek moyang orang Damal pertama kali mendirikan honai dari alang-alang.

Honai
merupakan rumah adat suku damal secara turun-temuruan sampai kini. Honai yang terbuat dari alang-alang ini berarti bukan semuanya dari alang-alang melainkan atapnya saja yang dari alang-alang, kalau yang lain semuanya dari kayu-kayu tertentu yang bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya.

Dari tempat kurima inilah pendiri berbagai suku tinggal, dari sini mereka meninggalkan kurima satu persatu menju ke arah barat. Orang Mee pertama kali keluar dari daerah ini, diikuti oleh suku ‘Moni’ setelah itu suku Damal dan suku Dani. Orang Damal Memasuki Daerah Ilaga dan Beoga Orang Damal mulai memasuku daerah Ilop yang sekarang disebut Ilaga dan Beoga. Daerah Beoga ini merupakan pusatnya suku Damal, mereka mendiami di sepanjang sungai Beogong dari hilir sampai dengan hulu.
Dari daerah Beoga dan Ilaga inilah orang Damal kemudian menyebar ke Jila, Alama, Bella, Stinga, Hoeya, Temabagapura ( kampung Waa), Aroanop, Timika, dan Agimuga. Daerah-daerah ini secara turun-temurun mereka hidup menetap.
DEMOGRAFI[1]

Penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga adalah orang Damal. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun.
Marga Alom  menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai Towengki. Marga Murib (mom)menduduki daerah Towengki dan bagian muarah kali Ilogong menduduki oleh Hagabal, Dang, dan Dewelek. Mualai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal.
Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan.

Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka.
Orang Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo).

Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.
Mereka ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu dengan lain hal mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari suku Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku Damal, suku Dani, dan suku Wonno. dI Pos KAn OleH: By:jEnLy LOis AloM.

Jumat, 17 Desember 2010

jEnLi Alom

KATA PAsTor CiNTA tu: KAsIH.
KAta DokTER cInta TU:oBaT
kata ProfeSor CinTa tU:UnsUr
kaTA KU CiNTA TU:Ko.....KA....?

Rabu, 15 Desember 2010

JenLY AnaK DeleM KOTEka

Jika kami berbicara mengenai pakaian, maka tentu saja kita berbicara tentang alat penutup bagian-bagina tertentu dari anggota tubuh. Pakaian adalah alat yang digunakan untuk menutup tubuh dan melindungi tubuh, jadi setiap suku di Papua memiliki bentuk pakaiannya sesuai dengan kehidupan, tradsisi dan budaya mereka masing-masing.

Suku Damal memiliki dua jenis pakaian, yaitu koteka dan taing kotekataing. Koteka di pakai oleh kaum pria dan taing dipakai oleh kaum wanita. Pakaian tradisional ini di pakai oleh nenek moyang Orang Damal dan secara turun-menurun sampai sekarang ini... walaupun sekarang di kota-kota tidak terlihat tetapi ketika kita sampai pedalaman Daerah orang Damal akan menyumapai pakaian tradisional tersebut.

Pakaian asli perempuan Damal adalah punigip taing yang artinya kulit kayu ngenyemon, cara membuatnya adalah kulit ngenyemon dikupas lalu dijemur di matahari hingga kering sehingga berbentuk benang,, benang-benang tersebut kemuadian diguanakan dalam dua bagain atau dua macam bentuk yang pertama dibikin tebal-tebal untuk perempuan dewasa dan yang kedua kulit kayu tersebut dipintalkan anyam dengan ukuran panjang yang sering disebut kuteing.cara pakainya adalah dengan cara dililitkan pada pinggul.

Koteka dibuat dari labu berukuran panjang dan kecil yang sudah dikeringkan. Koteka yang menyerupai tabung silinder dipakai untuk menutupi alat kelamain laki-laki,

jEnLy Alom

jEPEMIMPINAN TRADISIONAL SUKU DAMAL

Dalam kebudayaan suku Damal,kriteria untuk menjadi pemimpin(pemimpin adat, pemipimpin perang atau pemimpin tertentu) tidak harus ditentukan oleh garis keturunan. pemimpin dapat mucul secara alamiah oleh proses waktu dan situasi sosial, serta lingkungan ekologis yang mempengaruhi perilaku kepemimpin taradisional pada tingkat budaya mereka sendiri.
Kepemimpinan dalam kebudayaan Damal merupakan suatu peran atau tugas yang kompleks, sehingga ciri-cir,tipe, gaya dan fungsi, serta peranan danmodel kepemimpinan di perlukan bersifat situasional, artinya seorang figur memipin formal maupun informal dalam pandangan tardisioanal dapat melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan sesuai dengan karakteristik kebudayaan masyarakat taradisional tersebut.

Dalama konteks kebudayaan Damal di kenal beberapa model kepemimpinan, yaitu Menagawan; Kalwang; Woem-mum dan woem wang.